Sabtu, 04 Agustus 2012

Bercermin Dari Tahajudnya Seorang Bocah

Anda pasti yakin bahwa banyak hal bisa kita ambil pelajaran, sekalipun suatu yang kecil dan remah. Anda pasti ingat bagaimana Allah menceritakan di dalam Al-Qur'an (dalam banyak ayatNya) perumpamaan-perumpamaan (al-amtsal) yang bisa kita ambil pelajaran yang berharga darinya. silahkan Anda pahami ayat-ayat Al-Qur'an yang menyimpan makna begitu dahsyat.
Di bawah ini, akan saya sampaikan sebuah kisah yang barangkali bagi sebagian orang dianggap remeh, namun ternyata mengandung hikmah yang sangat berharga. kisah di bawah ini berkaitan dengan shalat tahajud.
Dikisahkan bahwa Abu Yazid Al-Bustami suatu saat menunaikan shalat tahajud. Anaknya yang masih kecil berdiri shalat di sampingnya. Malam itu udara dingin, berat sekali rasanya jika tidak tidur malam. 
Abu Yazid berkata kepada anaknya, "Tidurlah wahai anakku, malam masih panjang."
Anaknya menjawab, "Lalu mengapa bapak shalat?"
Abu Yazid menjawab, " Anakku, aku memang dituntut untuk qiyamullail (shalat tahajud)."
Anaknya berkata, "Aku telah menghafal sebagian firman Allah: 
'Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.' (al-Muzzammil: 20)
Lalu siapa orang-orang yang berdiri shalat bersama Nabi s.a.w.?
Abu Yazid menjawad, "Para sahabat Rasulullah s.a.w."
Anaknya berkata, "Ayah, jangan menghalangiku untuk meraih kemuliaan menyertaimu dalam ketaatan kepada Allah."
Dengan penuh kekaguman Abu Yazid berkata, "Anakku, kamu masih kecil dan belum cukup usia dewasa."
Anaknya menjawab, "Aku melihat ibukku sewaktu menyalakan api, dia memulai dengan potongan-potongan kayu kecil untuk menyalakan kayu-kayu yang besar. Maka aku takut kalau Allah memulai dengan kami para bocah, sebelum orang dewasa -ketika menyalakan api neraka- pada Hari Kiamat, jika kami lalai dari ketaatan kepadaNya."
Abu Yazid tersentak, mendengar kata-kata anaknya karena ketakutanya kepada Allah s.w.t. Kemudian dia berkata, "Anakku, berdirilah. Kamu lebih berhak bersama Allah daripada bapakmu."
Ini adalah penggalan kisah yang luar biasa. Malu rasanya bila anak sekecil itu telah menemukan hakikat kebenaran, kehidupan, dan kenikmatan, sementara kita yang lebih dewasa darinya masih menerawang di atas awan atau meraba-raba. 

Ada beberapa catatan penting yang dapat kita ambil palajaranya dari kisah di atas:
  • Pentingnya suri tauladan dalam ketaatan.
  • Tahajud adalah kebutuhan utama (nutrisi) jiwa.
  • Tahajud adalah media untuk membangun manusia yang tangguh di masa depan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Referensi: Budiman Mustafa, Lc. Tuntunan Praktis dan Doa-doa khusus Tahajud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar