Shalat
sunnah ( shalat nafilah ) adalah shalat tambahan diluar shalat fardhu, bila
dikerjakan akan mendapat pahala tetapi bila ditinggalkan tidak berdosa.
Shalat
sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
1. Shalat
Idul Fitri
Diriwayatkan
dari Abu Said, ia berkata : “Adalah Nabi SAW.
pada hari raya idul fitri dan idul adha keluar ke mushalla (padang untuk
salat), maka pertama yang beliau kerjakan adalah salat, kemudian setelah
selesai beliau berdiri menghadap kepada manusia sedang manusia masih duduk
tertib pada shaf mereka, lalu beliau memberi nasihat dan wasiat (khutbah) apabila
beliau hendak mengutus tentara atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah
beliau putuskan,beliau perintahkan setelah selesai beliau pergi. (H.R :
Al-Bukhary dan Muslim)
Telah
berkata Jaabir ra: “Saya menyaksikan
salat Id bersama Nabi saw. beliau memulai salat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah
selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal,
lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk
taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau
turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka.” (H.R :
Muslim)
2. Shalat
Idul Adha
Ibnu
Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul
Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan
shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan
2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir (di luar Takbiratul
Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua melakukan lima kali
takbir sebelum membaca Al-Fatihah.
3. Shalat
Khusuf (Gerhana Bulan)
Ibrahim
(putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari.
Beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah
SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak juga karena
kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian mengalaminya (gerhana), maka
shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir.” (HR Imam Bukhari
dan Muslim)
Dari
Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan seseorang untuk memanggil
dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat didirikan dengan berjamaah).
(HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan dua rakaat,
membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap raka’at, dan melakukan ruku’ dua
kali setiap raka’at.
4. Shalat
Istisqo’
Dari
Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua raka’at, seperti
shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi). Tata
caranya seperti shalat ‘Id.
5. Shalat
Tarawih (sudah dibahas)
Dari
‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid pada suatu malam.
Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi shalat (lagi di masjid)
pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau bertambah banyak. Pada malam
ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu Rasulullah), namun Rasulullah
SAW tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan
tadi malam, namun aku tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal
(shalat) itu akan difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu
terjadi dalam bulan Ramadhan.” (HR Imam Muslim)
Jumlah
raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan kesepakatan shahabat
mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.
Shalat Witir yang
mengiringi Shalat Tarawih
Adapun
shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan berjamaah, karena
Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.