|
Bertumpu
pada kekuasaan Allah s.w.t. berarti menempatkan Allah sebagai ‘sandaran’ kita
dalam segala hal. Jadi kita merasa apa yang kita lakukan tidak berarti apa-apa,
bila hati kita tidak disertai dengan keyakinan bahwa semua hal yang terjadi itu
atas kehendak Allah, semua kesuksesan dan kebahagiaan yang diraih itu atas
campur tangan Allah s.w.t. Dial ah Allah tempat kita bergantung (Allahush Shamad).
Ash-Shamad
adalah sebagai tumpuan segala kebutuhan hidup. Bahkan sifat shamad Allah menurut Imam Fakhruddin
ar-Razi mengandung 18 makna. Di dalam sifat Ash-Shamad
ini terkandung makna; Yang Maha Hidup (hayyan), Yang Maha Mengetahui (‘aliman),
Yang Maha Berkehendak (muridan), Yang
Mahakuasa (qadiran), Yang Maha
Mendengar (sami’an), Yang Maha
Melihat (bashiran), dan Yang Maha
Berbicara (mutakalliman).
Ketika
kita menjadikan Allah sebagai tumpuan hidup, maka akan tumbuh sikap-sikap uluhiyyah (meng-Esa-kan Allah) dan
berarti kita mengikrarkan diri:
Bahwa Allah adalah sumber kebahagiaan kita
Bahwa Allah adalah sumber rezeki kita
Bahwa Allah adalah sumber
ketenangan batin kita
Bahwa Allah adalah sumber Keharmonisan keluarga kita
Bahwa Allah adalah sumber kesehatan kita
Bahwa Allah adalah sumber Kekayaan kita
Bahwa Allah adalah sumber kekuatan kita
Bahwa Allah adalah sumber kemenangan kita
Dan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dalam hidup
kita
Ikrar
ini terlahir ketika terjadi akumulasi makna yang terkandung dalam syahadat (persaksian) kita sebagai orang
beriman dengan mengucap La Ilaha Illallah.
Syahadat yang mengubah wajah kehidupan kita, yang pesimis menjadi optimis,
yang lemah menjadi kuat, yang miskin menjadi kaya, yang sedih menjadi bahagia,
yang penakut menjadi pemberani, yang gelisah jadi terang, yang kalah menjadi
menang, dan segala hidup negative berubah menjadi positif dalam arti yang
sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar