Sabtu, 04 Agustus 2012

Macam - Macam Mushaf

1.      Mushaf Istiqlal
Mushaf ini merupakan tulisan tangan putra – putra terbaik bangsa Indonesia. Mulai ditulis pada tanggal 15 Oktober 1991. Penulisan huruf Ba pada Basmalah pada surah Al-FatihahI adalah Presiden H. M. Soeharto(Presiden RI pada saat itu) sebagai tanda dimulainya penulisan mushafIstiqlal dan sekaligus membuka pamerann kebudayaan Islam tingkat Nasional yang lebih dikenal dengan Festival Istiqlal I.
Pada tanggal 23 September 1995 bertepatan dengan pembukaan Festival Istiqlal II, Bapak Presiden Soeharto mendatangi prasasti tanda selesainya penulisan mushafIstiqlal. Mushaf ini merupakan seni asasi yang suci dan agung karena merupakan bentuk ekspresi estetik seni Islam yang paling otentik dan original, sebagai salah satu manifestasi sufistik atas pengejawantahan hokum Allah (al-syari’ah) melalui jalan spiritual (al-thariqoh) untuk mencapai hakikat (al-haqiqoh).
Pembuatan mushaf ini melibatkan tim khusus yang keanggotaannya terdiri dari para ahli kaligrafi, ahli seni rupa, ulama ahli Al-Qur’an, serta budayawan. Mushaf ini juga ditashih oleh lajnahpentashihanmushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI.
Sumber inspirasi desain pada iluminasimushafistiqlal berasal dari 2 jenis: Pertama, Bentuk Floramorfis (artinya tumbuh-tumbuhan dan bunga) yang diabstraksi sebagai visualisasi simbolis atas makna ayat Al-Qur’an sebagaimana tertulis dalam surah Ibrahim ayat 24-25 yang artinya:
“Tidakkan kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, akarnya kuat dan cabanganya(menjulang) ke langit, (pohon itu menghasilkan buahnya setiap waktu dengan seizing Tuhanya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
Ayat ini bermakna simbolis agar manusia selalu mengingat (dzikir) dan tunduk (taqwa) kepada Allah s.w.t.
Kedua,iluminasinya dari khazanah ragam hias nusantara dari sabang sampai merauke yang terdapat pada arsiteltur rumah adat, tekstil, batik, perabot rumah tangga, perhiasan, tosan aji dan lain-lain. Dengan demikian Mushaf Al-Qur’an Istiqlal dapat menjadi ungkapan berutrsdisi seni suci Islam sakaligus sebagai gambaran umat Islam Indonesia yang menyatu dan damai dalam kemajemukan suku bangsa yang demikian banyak.
Kenapa iluminasinya hanya dalam bentuk flora, bukan fauna? Karena flora menggambarkan bentuk keindahan disbanding fauna. Tujuan dari iluminasi adalah untuk memperindah karena salah satu ajaran Islam adalah keindahan. Dengan dihias, maka orang akan suka membaca Al-Qur’an karena ada daya tariknya.
Gambar cahaya (sinar memancar) yang terdapat pada hamper setiap halaman diangkat sevara simbolis dari Q.S. An Nur: 35 tentang cahaya Allah s.w.t., yang member sinarna (ajaran, petunjuk, dan perintah) kepada manusia sebagai khalifah di bumi.
Begitulah dengan pemakaian warna emas, merupakan symbol transendental (ilahiah) terhadap keagungan Allah s.w.t., karena warna emas adalah satu-satunya warna paling sejati yang tidak dimiliki oleh benda lain kecuali emas itu sendiri
2.      MushafSundawi
Iluminasinya berasal dari ragam hias daerah Jawa Barat yang secara sosio-kultural termasuk dalam lungkup budaya pasundan. Jika iluminasimushafIstiqlal berasal dari khazanah ragam hias yang menggambarkan corak kebudayaan seluruh nusantara, maka iluminasiMushafSundawidiambil dari jenis tanaman hias khas Jawa Barat menjadi bentuk-bentuk ornament yang khas dan berkarakter sundawi.
ISngkatnya, iluminasiMushafSundawi mencerminkan ragam flora dan budaya Jawa Barat (Motif Banten, Bogor, Sukabumi, Cirebon, Ciamis, dan lain-lain). Jadi pada prinsipnya ada dua jenis sumber inspirasi atau acuan desain pada MushafSundawi, yaitu:
Pertama, yang referensinya berasal dari motif Islami Jawa Barat seperti mamolo masjid, motif batik, ukiran mimbar, mihrab dan peninggalan arkeologislainya. Kedua adalah desain yang bersumber pada sejumlah flora tertentu khas Jawa Barat seperti gandaria dan patarakomala.
Pemrakarsa pembuatan mushaf ini adalah H.R. Nuriana (Gurbernur Jawa Barat saat itu).Dimulai pada tanggal 14 Agustus 1995 bertepatan dengan mauled Nabi Muhammad s.a.w. 17 Rabiulawal 1416 H. H.R. Nuriana membukakan “basmallah” pada lembara awal sebagai symbol dimulainya penulisan mushaf. Penulisan selesai pada Januari 1997(kurang lebih 1tahun 6 bulan) dengan menghabiskan 24.000 ml tinta warna, 5000 ml tinta hitam, 1500 gram prada, 1000 gram emas murni serbuk, 750 batang kuas, 350 pensil dan 25 dus (12,5 Kg) penghapus.
Tim kerja terdiri dari para ulama, ahli kaligrafi, pakar dalam estetika seni rupa Islam, desianer spesialis iluminasi, peneliti, illuminator, ahli computer dan fotografer serta selalu dipantau dan dikoreksi oleh pakar dari Lembaga Tashih Al-Qur’an.
Ditinjau dari sudut pandang sejarah Islam di Jawa Barat, MushafSundawi merupakan karya nyata kepedulian terhadap Al-Qur’an yang telah berakar sejak Islam berpijak di tanah pasundan. Ditinjau dari segi sosio-kultural, MushafSundawi merupakan karya seni Islami yang merupakan paduan antara teks Al-Qur’an dengan kebudayaan yang serasi antara dzikir dah fikir masyaraka Jawa Barat.
3.      MushafWonosobo
MushafWonosobo merupakan salah satu mushaf terbesar dinusantara, ditulis oleh dua orang santri pondok Pesantren Al-Asy’ariyahkalibeber, Wonosobo Jawa Tengah, bernama Abdul malik dan Hayatuddin. Pondok Pesantren tersebut memiliki kekhususan dalam pengajara tahfiz (hafala) Al-Qur’an. Mushaf ini ditulis selama 14 bulan, dari tanggal 16 Oktober 1991 hingga 7 Desember 1992. Ukuran halaman 145x195 cm, dan ukuran teks 80x130 cm,ditulis dengan khas naskhi, disias dengan iluminasi yang sederhana, ditulis diatas kertas karton manila putih, sumbangan Bapak H.Harmoko, mantanMenteri Penerangan RI.
4.      Mushaf Pustaka
MushafPustaka ditulis atas prakarsa presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dan merupakan mushaf resmi yang di tulis pertama kali setelah kemerdekaan RI. Mushaf ini dianggap sebagai hadiah dari umat Islam Indonesia atas kemerdekaan RI. Mushaf pustaka ditulis oleh Prof.H. SalimFachry, guru besar IAIN Jakarta, dimulai pada 17 Ramadhan 1367 H (23 Juni 1948), dan selesai pada tenggal 15 Maret 1950. Penulisan hurupBa’sebagai hurup pertama dari kalimat Basmalah oleh Bung Karno, dan diakhiri dengan huruf mim sebagai huruf penghabisan oleh Bung Hatta. Penulisan mushaf ini di bawah kuratorialkhatat (kaligrafer) K.H. AbdurazzaqMuhilli.
Jenis Al-Qur’an ini dalah“Al-Qur’an sudut”, yaitu setiap halaman berakhir dengan ayat penuh, tidak bersambung ke halaman berikutnya. Al-Qur’an ini berukuran halaman 75x100 cm, ukuran teks 50x80 cm, ditulis di atas kertas kartin manila putih, dengan khas naskhi, Mushaf ini merupakan hibah dari Istana Negara pada tahun 1997, saat pembukaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, Taman Mini Indonesia Indah.
5.      Mushaf Al-Qur’an Standar Braille
Ditulis dengan huruf arab Braille, yang berbentuk dengan titik yang menonjol, seperti halnya huruf-huruf latin Braille. Dimaksudkan untuk membantu para tunanetra untuk belajar dan membaca Al-Qur’an. Pada mulanya penulisan Al-Qur’an Braille ini dipelopori oleh Yayasan kesejahteraan Tuna netra Islam (Yaketunis) Yogyakarta tahun 1964. Yayasan tersebut dalam membuat huruf arab Braille berdasarkan “system khat imla’I”. Pada tahun 1974, Badan Pembinaan “Wiyata Guna” Bandung menerbitkan pula Al-Qur’an Braille berdasarkan “system khat Usman”, sehingga pada saat itu di Indonesia terdapat dua jenis Al-Qur’an Braille dengan standar yang berbeda.
Kemudian Departemen Agama dalam hal ini PuslitbangLektur Agama Litbang Agama mengadakan musyawarah untuk menyatukan perbedaan ini, sehingga pada tahun 1977 disepakati lahirnya sebuah Mushaf Al-Qur’an Braille untuk seluruh Indonesia, yang kemudian pada tahun 1984 berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 25 tahun 1984 ditetapkan sebagai AL-Qur’an Standar Braille Indonesia.
6.      Manuskrip Al-Qur’an tua
Kelompok koleksi ini terdiri dari manusjrip Al-Qur’an tua dari berbagai provinsi di Indonesia di antaranya: manuskrip Al-Qur’an Aceh, manuskrip Al-Qur’an Banten, manuskrip Al-Qur’an Cirebon, manuskrip Al-Qur’an Semarang, manuskrip Al-Qur’an Surakarta, manuskrip Al-Qur’an Yogyakarta, dan manuskrip Al-Qur’an Nusa Tenggara Barat (NTB).
7.      Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya (Manca Negara)
Kelompok koleksi ini ada yang berasal dari sumbangan instansimaupun individu. Meliputi Mushaf Al-Qur’an, dan terjemahnya dalam berbagai bahasa dan aksara, di antaranya dari Cina, Korea, Jepang, Myanmar, Srilanka, Urdu, Kenya, Finlandia, Polandia, Italia, Jerman, Belanda.
8.      Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bahasa Daerah)
Kelompok koleksi ini di antaranya merupakan sumbangan dari pemerintah daerah yang menerbitkan Al-Qur’an dan terjemahnya dalam bahasa mereka dan ditashihkan kepada LajnahPentashihanMushaf Al-Qur’an, maupun dikelola oleh penerbit  swasta. Di antaranya dari bahasa Aceh, Bahasa Sunda, Bahasa dan aksara Jawa, bahasa Madura, bahasa Gorontalo, bahasa dan aksara mandar, dan lain-lain.

1 komentar: