Mushaf ini merupakan tulisan tangan
putra – putra terbaik bangsa Indonesia. Mulai ditulis pada tanggal 15 Oktober
1991. Penulisan huruf Ba pada Basmalah pada surah Al-FatihahI adalah Presiden H. M. Soeharto(Presiden RI pada
saat itu) sebagai tanda dimulainya penulisan mushafIstiqlal dan sekaligus
membuka pamerann kebudayaan Islam tingkat Nasional yang lebih dikenal dengan
Festival Istiqlal I.
Pada tanggal 23 September 1995
bertepatan dengan pembukaan Festival Istiqlal II, Bapak Presiden Soeharto
mendatangi prasasti tanda selesainya penulisan mushafIstiqlal. Mushaf ini
merupakan seni asasi yang suci dan agung karena merupakan bentuk ekspresi estetik
seni Islam yang paling otentik dan original, sebagai salah satu manifestasi
sufistik atas pengejawantahan hokum Allah (al-syari’ah) melalui jalan spiritual
(al-thariqoh) untuk mencapai hakikat (al-haqiqoh).
Pembuatan mushaf ini melibatkan tim
khusus yang keanggotaannya terdiri dari para ahli kaligrafi, ahli seni rupa,
ulama ahli Al-Qur’an, serta budayawan. Mushaf ini juga ditashih oleh
lajnahpentashihanmushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI.
Sumber inspirasi desain pada
iluminasimushafistiqlal berasal dari 2 jenis: Pertama, Bentuk Floramorfis (artinya tumbuh-tumbuhan dan bunga)
yang diabstraksi sebagai visualisasi simbolis atas makna ayat Al-Qur’an
sebagaimana tertulis dalam surah Ibrahim ayat 24-25 yang artinya:
“Tidakkan kamu memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik, akarnya kuat dan cabanganya(menjulang)
ke langit, (pohon itu menghasilkan buahnya setiap waktu dengan seizing Tuhanya.
Dan
Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
Ayat ini bermakna simbolis agar
manusia selalu mengingat (dzikir) dan tunduk (taqwa) kepada Allah s.w.t.
Kedua,iluminasinya dari khazanah ragam hias
nusantara dari sabang sampai merauke yang terdapat pada arsiteltur rumah adat,
tekstil, batik, perabot rumah tangga, perhiasan, tosan aji dan lain-lain.
Dengan demikian Mushaf Al-Qur’an Istiqlal dapat menjadi ungkapan berutrsdisi
seni suci Islam sakaligus sebagai gambaran umat Islam Indonesia yang menyatu
dan damai dalam kemajemukan suku bangsa yang demikian banyak.
Kenapa iluminasinya hanya dalam bentuk
flora, bukan fauna? Karena flora menggambarkan bentuk keindahan disbanding
fauna. Tujuan dari iluminasi adalah untuk memperindah karena salah satu ajaran
Islam adalah keindahan. Dengan dihias, maka orang akan suka membaca Al-Qur’an
karena ada daya tariknya.
Gambar cahaya (sinar memancar) yang
terdapat pada hamper setiap halaman diangkat sevara simbolis dari Q.S. An Nur:
35 tentang cahaya Allah s.w.t., yang member sinarna (ajaran, petunjuk, dan
perintah) kepada manusia sebagai khalifah di bumi.
Begitulah dengan pemakaian warna emas,
merupakan symbol transendental (ilahiah)
terhadap keagungan Allah s.w.t., karena warna emas adalah satu-satunya warna
paling sejati yang tidak dimiliki oleh benda lain kecuali emas itu sendiri
2.
MushafSundawi
Iluminasinya berasal dari ragam hias
daerah Jawa Barat yang secara sosio-kultural termasuk dalam lungkup budaya
pasundan. Jika iluminasimushafIstiqlal berasal dari khazanah ragam hias yang
menggambarkan corak kebudayaan seluruh nusantara, maka
iluminasiMushafSundawidiambil dari jenis tanaman hias khas Jawa Barat menjadi
bentuk-bentuk ornament yang khas dan berkarakter sundawi.
ISngkatnya, iluminasiMushafSundawi
mencerminkan ragam flora dan budaya Jawa Barat (Motif Banten, Bogor, Sukabumi,
Cirebon, Ciamis, dan lain-lain). Jadi pada prinsipnya ada dua jenis sumber
inspirasi atau acuan desain pada MushafSundawi, yaitu:
Pertama,
yang referensinya
berasal dari motif Islami Jawa Barat seperti mamolo masjid, motif batik, ukiran
mimbar, mihrab dan peninggalan arkeologislainya. Kedua adalah desain yang bersumber pada sejumlah flora tertentu
khas Jawa Barat seperti gandaria dan patarakomala.
Pemrakarsa pembuatan mushaf ini adalah
H.R. Nuriana (Gurbernur Jawa Barat saat itu).Dimulai pada tanggal 14 Agustus
1995 bertepatan dengan mauled Nabi Muhammad s.a.w. 17 Rabiulawal 1416 H. H.R.
Nuriana membukakan “basmallah” pada
lembara awal sebagai symbol dimulainya penulisan mushaf. Penulisan selesai pada
Januari 1997(kurang lebih 1tahun 6 bulan) dengan menghabiskan 24.000 ml tinta
warna, 5000 ml tinta hitam, 1500 gram prada, 1000 gram emas murni serbuk, 750
batang kuas, 350 pensil dan 25 dus (12,5 Kg) penghapus.
Tim kerja terdiri dari para ulama,
ahli kaligrafi, pakar dalam estetika seni rupa Islam, desianer spesialis
iluminasi, peneliti, illuminator, ahli computer dan fotografer serta selalu
dipantau dan dikoreksi oleh pakar dari Lembaga Tashih Al-Qur’an.
Ditinjau dari sudut pandang sejarah
Islam di Jawa Barat, MushafSundawi merupakan karya nyata kepedulian terhadap
Al-Qur’an yang telah berakar sejak Islam berpijak di tanah pasundan. Ditinjau
dari segi sosio-kultural, MushafSundawi merupakan karya seni Islami yang
merupakan paduan antara teks Al-Qur’an dengan kebudayaan yang serasi antara
dzikir dah fikir masyaraka Jawa Barat.
3.
MushafWonosobo
MushafWonosobo merupakan salah satu
mushaf terbesar dinusantara, ditulis oleh dua orang santri pondok Pesantren
Al-Asy’ariyahkalibeber, Wonosobo Jawa Tengah, bernama Abdul malik dan
Hayatuddin. Pondok Pesantren tersebut memiliki kekhususan dalam pengajara
tahfiz (hafala) Al-Qur’an. Mushaf ini ditulis selama 14 bulan, dari tanggal 16
Oktober 1991 hingga 7 Desember 1992. Ukuran halaman 145x195 cm, dan ukuran teks
80x130 cm,ditulis dengan khas naskhi, disias dengan iluminasi yang sederhana,
ditulis diatas kertas karton manila putih, sumbangan Bapak H.Harmoko,
mantanMenteri Penerangan RI.
4.
Mushaf Pustaka
MushafPustaka ditulis atas prakarsa
presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dan merupakan mushaf resmi yang di tulis
pertama kali setelah kemerdekaan RI. Mushaf ini dianggap sebagai hadiah dari
umat Islam Indonesia atas kemerdekaan RI. Mushaf pustaka ditulis oleh Prof.H.
SalimFachry, guru besar IAIN Jakarta, dimulai pada 17 Ramadhan 1367 H (23 Juni
1948), dan selesai pada tenggal 15 Maret 1950. Penulisan hurupBa’sebagai hurup pertama dari kalimat Basmalah oleh Bung Karno, dan diakhiri
dengan huruf mim sebagai huruf
penghabisan oleh Bung Hatta. Penulisan mushaf ini di bawah kuratorialkhatat
(kaligrafer) K.H. AbdurazzaqMuhilli.
Jenis Al-Qur’an ini dalah“Al-Qur’an sudut”, yaitu setiap halaman
berakhir dengan ayat penuh, tidak bersambung ke halaman berikutnya. Al-Qur’an
ini berukuran halaman 75x100 cm, ukuran teks 50x80 cm, ditulis di atas kertas
kartin manila putih, dengan khas naskhi, Mushaf ini merupakan hibah dari Istana
Negara pada tahun 1997, saat pembukaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal,
Taman Mini Indonesia Indah.
5.
Mushaf Al-Qur’an
Standar Braille
Ditulis dengan huruf arab Braille,
yang berbentuk dengan titik yang menonjol, seperti halnya huruf-huruf latin
Braille. Dimaksudkan untuk membantu para tunanetra untuk belajar dan membaca
Al-Qur’an. Pada mulanya penulisan Al-Qur’an Braille ini dipelopori oleh Yayasan
kesejahteraan Tuna netra Islam (Yaketunis) Yogyakarta tahun 1964. Yayasan
tersebut dalam membuat huruf arab Braille berdasarkan “system khat imla’I”. Pada tahun 1974, Badan Pembinaan “Wiyata
Guna” Bandung menerbitkan pula Al-Qur’an Braille berdasarkan “system khat Usman”, sehingga pada saat
itu di Indonesia terdapat dua jenis Al-Qur’an Braille dengan standar yang
berbeda.
Kemudian Departemen Agama dalam hal
ini PuslitbangLektur Agama Litbang Agama mengadakan musyawarah untuk menyatukan
perbedaan ini, sehingga pada tahun 1977 disepakati lahirnya sebuah Mushaf
Al-Qur’an Braille untuk seluruh Indonesia, yang kemudian pada tahun 1984
berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 25 tahun 1984 ditetapkan sebagai AL-Qur’an
Standar Braille Indonesia.
6.
Manuskrip Al-Qur’an
tua
Kelompok koleksi ini terdiri dari
manusjrip Al-Qur’an tua dari berbagai provinsi di Indonesia di antaranya:
manuskrip Al-Qur’an Aceh, manuskrip Al-Qur’an Banten, manuskrip Al-Qur’an
Cirebon, manuskrip Al-Qur’an Semarang, manuskrip Al-Qur’an Surakarta, manuskrip
Al-Qur’an Yogyakarta, dan manuskrip Al-Qur’an Nusa Tenggara Barat (NTB).
7.
Mushaf Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Manca Negara)
Kelompok koleksi ini ada yang berasal
dari sumbangan instansimaupun individu. Meliputi Mushaf Al-Qur’an, dan
terjemahnya dalam berbagai bahasa dan aksara, di antaranya dari Cina, Korea,
Jepang, Myanmar, Srilanka, Urdu, Kenya, Finlandia, Polandia, Italia, Jerman,
Belanda.
8.
Mushaf Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Bahasa Daerah)
Kelompok koleksi ini di antaranya
merupakan sumbangan dari pemerintah daerah yang menerbitkan Al-Qur’an dan
terjemahnya dalam bahasa mereka dan ditashihkan kepada LajnahPentashihanMushaf
Al-Qur’an, maupun dikelola oleh penerbit swasta. Di antaranya dari bahasa
Aceh, Bahasa Sunda, Bahasa dan aksara Jawa, bahasa Madura, bahasa Gorontalo,
bahasa dan aksara mandar, dan lain-lain.
terima kasih info nya ka
BalasHapus